http://en.wikipedia.org |
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (Mat 13:12).
Yesus minta kepada para rasul-Nya untuk mewartakan kedatangan Kerajaan Allah, tanda-tanda pertama adalah penyembuhan dan kemenangan atas roh-roh jahat, tetapi ada tantangan juga dan rupanya orang-orang Yahudi tidak menanggapi semuanya itu.
Karena itu Yesus menggunakan perumpamaan, seperti kebiasaan orang kampung dahulu dan kaum pekerja, peribahasa dan perumpamaan merupakan suatu cara yang efektif untuk mengajarkan kebijaksanaan. Tetapi harus diperhatikan, bahwa suatu perumpamaan bukan hanya suatu perbandingan, kekhasannya ialah membangkitkan dalam diri pendengar suatu kesadaran akan situasi nyata saat itu dan merubah mereka untuk membuat keputusan.
Bagi para pendengar Yesus saat itu, kedatangan Kerajaan Allah merupakan suatu pembebasan umat Allah yang tertindas, Yesus hanya bisa memberi jawaban kepada mereka yang menemani Dia, karena Kerajaan Allah adalah salah satu hal yang tak dapat dilihat selama orang tidak percaya. Yesus hanya bisa berbicara tentang kerajaan dalam bentuk gambar-gambar, dan kita baru akan mengerti ketika kita “mengalami” Kerajaan Allah yang sedang berkembang di dunia ini.
Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak (Mat 13:11). Yesus mengingatkan murid-murid-Nya, yang mendengarkan sabda-Nya dan mengikuti Dia, bahwa apa yang diberikan kepada mereka adalah “berkat rahmat Allah”. Allah sendiri telah memilih mereka untuk menerima dan meneruskan pewartaan kerajaan Allah. Bagi mereka yang telah menanggapi panggilan Kristus secara serius dan memutuskan untuk mengikuti Dia, maka Bapa akan menyingkapkan rahasia-rahasia-Nya.
Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (Mat 13:13). Kutipan dari nabi Yesaya ini mungkin mengejutkan, karena kita kurang memahami ungkapan-ungkapan Ibrani. (Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! – Yes 6:9). Apakah Yesus berbicara dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan karena pendengar tidak mau mengerti, atau supaya mereka tidak mengerti ? keduanya mungkin (Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka – Mat 13:15). Kita bisa mengambil ungkapan ini dalam artinya yang terbalik dan bertanya, apakah Allah menginginkan supaya orang lain tidak melihat dan tidak mengerti ? (Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun." – Mrk 4:12), bandingkan dengan Yoh 12:40 ("Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.") atau Kis 28:26. Untuk bisa mengertinya, kita harus ingat bahwa nabi menggunakan suatu bentuk tata bahasa yang khas dalam bahasa Ibrani dan sulit untuk diterjemahkan. Kira-kira begini yang dikatakan Allah melalui nabi-Nya “Buatlah hati mereka keras, bicaralah supaya mereka mendengar tetapi tidak memahami.” maksudnya : ” kamu akan berbicara kepada mereka, tetapi kata-kata kamu hanya membuat mereka mengeraskan hati mereka, dan sesungguhnya mereka mendengar tetapi tidak ada keinginan untuk mengerti.” Sesungguhnya Allah tidak pernah menginginkan supaya seorangpun tersesat atau tidak mengerti. Mereka yang tidak dipanggil untuk berjumpa dengan Kristus, atau yang setelah dipanggil kemudian menolak, akan hidup dalam suatu “dunia luar” di mana mereka tidak memiliki terang Allah. Tetapi tawaran Allah datang dalam bentuk “perumpamaan”, yang berarti melalui banyak “penengah” karena keterbatasan manusia. Namun terang Injil akan membawakan terang kepada mereka yang belum mengambil suatu langkah, tentu saja sesuai dengan kemampuan manusiawinya, karena orang-orang seperti itu hidup dalam suatu dunia yang penuh dengan setengah kebenaran.
Kalau demikian bagaimana kita dapat memahami semua perumpamaan yang lain ?
Rasul–rasul sendiri tidak bisa mengerti hal-hal yang paling sederhana. Yesus memperingatkan kita supaya berhati-hati terhadap pandangan yang terlampau menyederhanakan, di satu pihak “murid-murid” sendiri dan di lain pihak mereka yang bukan murid. Kita tidak akan pernah mengerti misteri Kerajaan Allah, apalagi bisa menguasainya, batas antara “murid” dan “yang bukan murid” sesungguhnya ada di tengah-tengah kita semua. Maka Yesus mengingatkan kita akan hal ini dalam perumpamaan tentang ilalang.
Kenyataannya, banyak komunitas Kristen tidak pernah memahami arti yang sesungguhnya dari kata-kata Yesus. Ada yang karena selalu memilih ayat injil yang sama untuk membenarkan pikiran-pikiran mereka, tidak ada kesungguhan untuk mendengarkan dan memahaminya. Ada lagi yang lain, yang karena ingin mencari nasehat praktis supaya lebih bermurah hati, lebih sabar, dan sebagainya, tidak melihat bahwa sebenarnya Yesus ingin menunjukkan kepada mereka suatu pandangan dunia dan Gereja yang lebih luas dari pada pandangan mereka sendiri.
Di sini Yesus ingin mengatakan kepada kita apa tujuan pengutusan-Nya, Ia telah datang untuk memperkenalkan suatu zaman baru dalam sejarah manusia, sekarang kerajaan Allah sudah ada di antara kita. Kadang-kadang injil kelihatannya tidak memiliki banyak kuasa untuk mengubah kehidupan kita. Mungkin hal ini dikarenakan kita telah menginjak mati banyak benih-benih yang dibawa angin kepada kita.
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat (Mat 13:23). Yesus berbicara tentang tiga puluh kali lipat dan seratus kali lipat. Siapa yang akan menyambut Firman atau Sabda Allah ? ini tidak ada kaitannya dengan kecerdasan otak atau kemampuan untuk menalar ataupun minat untuk hal-hal rohani, barang siapa terbuka terhadap harapan, bisa menerima Sabda Allah. Firman atau Sabda yang diindahkan akan mengubah kehidupan kita dan menguatkan usaha-usaha kita untuk menyelamatkan dunia.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (Mat 13:12). Di sini “mempunyai” berarti menghasilkan, berbuah seperti pohon. Buah akan diberi kepada mereka yang menghasilkan buah. Di sini Yesus mengingatkan kita, bahwa kita hanya membuang waktu saja jika kita hanya mendengarkan saja, namun tidak membiarkan sabda-Nya menghasilkan buah. Jika kita tidak melakukan apa-apa, maka kepercayaan kita pun tidak akan berguna, biarpun kita datang menghadap Allah. Sabda Allah bekerja secara tersembunyi dalam hati kita, apabila kita menyadari perubahan yang bekerja dalam hidup kita karena Sabda tersebut, maka kita mudah sekali mewartakan Kristus dan memperkenalkan kepada orang lain rahasia yang telah membahagiakan kita (Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan -- Ef 2:4-5).
Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (Mat 13:19). Perlu dipahami, bahwa “Surga” adalah suatu ungkapan Yahudi yang mengacu kepada Allah. Kerajaan Surga adalah Kerajaan Allah, sama seperti “Bapa di Surga” adalah “Allah Bapa”. Karena tidak memahami gaya bahasa Yahudi ini, banyak orang telah salah mengerti dan mengatakan, bahwa Injil hanya mewartakan Kerajaan Allah yang di Surga. Sebenarnya Yesus datang untuk mengajarkan kita bahwa Allah telah datang untuk “meraja” di antara kita.