12/07/11

PERMOHONAN MARIA

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." (Yoh 2:1-3).
Pertama-tama ia berpaling kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”. Maria sendiri tidak mengambil tindakan, ia hanya menjelaskan saja apa yang menjadi kesulitan pasangan baru ini. Semuanya diserahkannya kepada Yesus. Dengan cara ini Maria menegaskan, bahwa hanya Yesus sajalah yang dapat menyelamatkan dari segala kekurangan, kesulitan dan kesusahan. Maria memberikan suatu pelajaran nyata mengenai hal doa. Kata-kata Maria yang sederhana ini menjadi pola doa seorang Kristen pada segala jaman. Maria tidak berkata kepada Yesus, bagaimana diharapkan supaya Yesus berdindak, ia tidak mengemukakan rencananya sendiri yang harus dilaksanakan oleh Yesus. Maria hanya menjelaskan kekurangan dan kesulitan pasangan baru itu, lain tidak.
Di dalam Injil Yohanes masih ada seorang Maria lain, yang bersama dengan saudaranya bernama Martha, bertindak seperti Maria, ibu Yesus. Ketika Lazarus saudaranya sakit, mereka mengirim kabar kepada Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit” (Yoh 11:3). Ia tidak berkata, bahwa Yesus harus datang menyembuhkan saudaranya. Segalanya dipercayakan kepada kuasa-Nya. Dan ternyata Yesus tidak menyembuhkan Lazarus. Ia menunggu sampai Lazarus mati, Ia mau menunjukkan, bahwa Ia tidak hanya mampu membuat mukjizat, tetapi bahwa Ia adalah kebangkitan dan kehidupan.
Kedua perikop dari Injil Yohanes ini dikutip juga oleh Santo Yohanes dari Salib. Ia mau menerangkan, bagaimana kita harus memohon bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Dalam penjelasannya ia menulis, bahwa seorang yang halus cintanya, tidak akan mohon apa yang kurang padanya atau apa yang diinginkannya. Ia hanya berusaha memberitahukan kepada kekasihnya apa yang menyesakkan hatinya, agar kekasihnya sendiri mengambil tindakan tepat yang berguna. Demikian yang dilakukan oleh Santa Perawan Maria, ketika ia di pesta perkawinan di Kana di daerah Galilea, tidak langsung minta anggur kepada Puteranya yang terkasih, tetapi hanya berkata kepada-Nya : ”Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3). Begitu pula saudara-saudara Lazarus (Yoh 11:3).
Yohanes dari Salib mengemukakan tiga alasan, mengapa lebih baik memberitahukan saja kekurangan dan kesusahannya dari pada langsung berkata kepada Allah, apa yang harus Ia lakukan. Pertama, Tuhan lebih mengetahui apa yang baik bagi kita, kedua, Allah lebih besar belas-kasih-Nya bila Ia melihat kesesakan serta penyerahan orang yang mencintai Dia. Ketiga, lebih amanlah jiwa memberitahukan bahwa ia menderita kekurangan, dari pada memohon menurut pendapatnya apa yang kurang pada dirinya. Dalam hal ini cinta diri lebih membahayakan pada orang yang ingin memaksa Allah, dan tanpa sadar telah memupuk cinta diri itu.
Tetapi jangan juga salah mengerti, seakan-akan selalu bersalahlah orang yang memohon hal tertentu. Jangan lupa, bahwa Yohanes dari Salib menulis karangannya bagi orang yang “karena berkat karunia Allah sudah dipindahkan dari tahap permulaan masuk ke tahap cinta Ilahi yang lebih mendalam”. Ia menunjuk jalan dan memberikan arah, tetapi ada kalanya satu-satunya cara berdoa yang bagi seseorang mungkin juga perlu, ialah meminta hal tertentu, mohon ini atau itu. Kelirulah orang yang berdasarkan ajaran Santo Yohanes dari Salib mau menasehati orang yang seperti itu, agar ia jangan minta hal tertentu itu dalam doanya, sebab dengan demikian mereka mengambil dari orang itu satu-satunya kemungkinan untuk dapat berdoa pada tingkat perkembangannya.
Namun benar juga, bahwa hanya ada satu hal yang selalu dapat kita mohon, tanpa syarat atau batas, yaitu Allah sendiri. Bila ia memberikan diri-Nya, Ia memberikan segala-galanya. Bila kita memohon kepada-Nya, kita mohon segala-galanya. Bagian pertama dalam doa “Bapa Kami”, mengangkat kita ke tingkat itu, perhatian kita dipusatkan hanya pada Allah sendiri, “Dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu.” Sesudah itu kita mohon hal-hal lain bagi diri kita sendiri, tetapi doa permohonan yang lebih konkrit itu selalu harus berakar dalam sikap menyerahkan diri seutuhnya dan dalam sikap tanpa syarat. Bila kita mendekati Allah, kita akan lebih menekankan bagian pertama dalam doa Bapa Kami. Dan kalau kita berdoa bagi diri kita sendiri atau bagi orang lain, kita akan melakukannya lebih sesuai dengan cara Maria berdoa, yaitu menunjukkan kekurangan, lalu menyerahkannya kepada Allah cara atau jalan menolong orang.
Rasa prihatin atau susah terhadap dunia belum pasti berasal dari Allah. Bila kita menjadi cemas, tegang, putus asa, muram, dsb, maka itu berarti bahwa kita belum sejalan dengan Allah, berarti kita mengandalkan kekuatan kita sendiri dalam memikul beban dunia di atas bahu kita sendiri yang lemah, dari pada menyerahkan dan menaruhnya ke dalam tangan Allah. Orang yang menaruh dunia ke dalam tangan Allah, tidak akan berhenti menangis dengan orang yang menangis atau ikut menderita, namun di tengah-tengah tangisan dan penderitaan itu ia tetap memiliki kedamaian hati. Ia menyadari, bahwa Allah mengasihi semua orang dan bahwa Ia mampu dan berkuasa untuk mengubah segala yang buruk menjadi baik. Ia menyadari, bahwa Allah melahirkan Sabda yang menentukan, dan Sabda-Nya itu adalah Sabda cinta.
(Sumber : Seri Karmelitana 10, Maria Dalam Kitab Suci dan Dalam Hidup Kita, Penerbit Dioma)

-       Maria dan Marta
-       Bunda ratu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar